Detail Informasi - 3 Elemen Utama dalam Deep Learning

3 Elemen Utama dalam Deep Learning

Deep Learning

Menurut Mendikdasmen Abdul Mu’ti, pendekatan pembelajaran Deep Learning dapat tercapai melalui 3 elemen utama, yakni Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.

Melalui proses Meaningful Learning, siswa dapat memaknai hal-hal yang sedang ia pelajari. Kemudian, melalui proses Mindful Learning, siswa dapat menjadi agen aktif yang secara sadar berniat untuk mengembangkan pemahaman dan kompetensinya. Proses Joyful Learning membuat siswa menjadi termotivasi dalam menjalani proses pembelajarannya.

Mari kita bahas ketiga elemen ini secara lebih mendalam!

1. Meaningful Learning

Teori Meaningful Learning yang dicetuskan oleh David Ausubel menjelaskan proses pembelajaran dimana guru membantu siswa untuk mengaitkan konsep baru yang akan diajarkan dengan konsep-konsep yang sebelumnya sudah mereka pahami. Proses belajar Meaningful Learning ini bertujuan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Misalnya, untuk memperkenalkan penjumlahan pecahan, kita bisa mulai dengan penjumlahan benda-benda yang lebih konkret terlebih dahulu.

1 ayam + 2 ayam = 3 ayam
1 bola + 2 bola = 3 bola
1 perlima + 2 perlima = 3 perlima → ⅕ + ⅖ = ⅗

Atau

1 ayam + 2 bebek = 1 unggas + 2 unggas = 3 unggas
1 lusin + 2 kodi = 12 buah + 40 buah = 52 buah
1 perdua + 2 pertiga = 3 perenam + 4 perenam = 7 perenam



2. Mindful Learning
Mindful Learning seringkali dikenal sebagai metakognisi dalam teori pendidikan. Dalam Mindful Learning, siswa diajak untuk senantiasa sadar akan proses pembelajaran yang sedang ia jalani. Kesadaran ini terdiri dari beberapa aspek:

Kesadaran akan hal-hal yang sudah ia pahami atau kuasai sebelumnya,
Kesadaran akan hal-hal yang belum ia pahami atau kuasai,
Kesadaran akan pentingnya pemahaman atau penguasaan kompetensi dari apa yang ia sedang pelajari,
Kesadaran akan alur proses pembelajaran yang sedang ia jalani demi tercapainya pemahaman atau kompetensi yang ingin ia capai,
Kesadaran akan kemajuan pemahaman atau kompetensi setelah merefleksikan proses pembelajaran yang telah ia lewati,
Kesadaran akan hal-hal yang masih dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam proses pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian, siswa dituntun untuk menjadi agen aktif yang bertanggung jawab atas proses pembelajarannya sendiri.

Berbeda dengan orang dewasa, kesadaran ini bukanlah sesuatu yang dapat timbul secara otomatis dalam diri anak-anak, sehingga guru harus terus-menerus menghidupkan kesadaran ini dari awal sampai akhir proses pembelajaran.

Misalnya, guru bisa membiasakan siswa untuk selalu membuat kesimpulan pembelajaran sendiri di akhir sesi ajar dan merefleksikan perkembangan pemahaman atau kompetensinya. Melalui proses refleksi ini, siswa dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing, serta memiliki target yang lebih jelas untuk pembelajaran berikutnya.

3. Joyful Learning
Joyful Learning menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang positif agar siswa dapat menikmati setiap bagian dari proses pembelajaran.

Contohnya, pendekatan pembelajaran melalui permainan (game) atau aktivitas interaktif dapat membuat siswa lebih antusias dalam belajar

← Kembali ke Daftar